Alat dan teknik public relations yang sering digunakan untuk
menunjang marketing dan sasaran penjualan suatu bisnis disebut “KomunikasiPemasaran” atau “Marketing Public Relations”. Staf PR yang bekerja di bidang
ini biasanya tergabung dalam divisi marketing.
Public Relations yang berorientasi marketing dibentuk oleh
suatu divisi baru, yakni “Komunikasi dan Marketing” (Wilcox, et al. 1992 : 339
dalam Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2002). Public Relations (PR) dapat
memperluas peranannya dalam bidang pemasaran produk atau jasa. Pada akhir tahun
1970-an dan awal 1980-an di Amerika Serikat, banyak pengelola marketing
menerapkan PR sebagai pendukung unsur promosi dalam Marketing Mix (bauran
pemasaran terdiri dari product, price, place, promotion) (Seitel. 1992 : 215).
Alasan masuknya bidang PR ke dalam marketing karena
peningkatan kebutuhan dan minat konsumen, serta harga yang semakin kompetitif,
perlu memperluas distribusi, banyaknya promosi dari produk atau jasa sejenis.
Berubahnya cara marketing dengan memasukkan PR ke dalamnya, bagi dunia usaha di
Amerika disebabkan oleh :
- Adanya sikap kritis konsumen dan ketatnya pengawasan dari pemerintah
- Penarikan berbagai produk, selalu menghiasi berita utama di media massa
- Adanya kesan negatif konsumen kepada setiap produk yang ditawarkan
- Perlunya pemasangan iklan dengan muatan yang mencerminkan kebutuhan sosial dan tanggung jawab produsen
- Seringkali bermunculan berbagai isu produk dan perusahaan
- Masalah citra perusahaan dan produk yang selalu harus dipelihara dan ditingkatkan
PR dapat menjadi efektif untuk menopang fungsi marketing, caranya
adalah dengan diperjelas dalam perencanaan marketing terlebih dahulu.
Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu
dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu produk. PR
digunakan dalam perencanaan marketing untuk mencapai sejumlah sasaran, yaitu:
- Membantu perusahaan dan nama produknya agar lebih dikenal
- Membantu mengenalkan produk baru atau peningkatan produk
- Membantu meningkatkan suatu produk life of style, contohnya menyempurnakan pesan iklan dan promosi penjualan dengan menambah informasi baru
- Mencari pangsa pasar baru dan memperluas keberadaannya
- Memantapkan semua image (citra) yang positif bagi produk dan usahanya
Begitu erat dan pentingnya kerjasama antara bidang public
relations dan marketing, sehingga ada istilah untuk menggabungkan aktifitas
keduanya yang disebut dengan Marketing Public Relations (MPR). Thomas M. Haris
dalam bukunya The Marketer’s Guide to Public Relations, mengemukakan definisi,
MPR merupakan proses dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program-program yang mendorong minat beli serta kepuasan konsumen, melalui
penyampaian informasi dan kesan yang meyakinkan, dalam usaha memperlihatkan
bahwa perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
kepentingan, dan minat konsumen.
MPR memperkuat fungsi manajemen perusahaan dan mendukung
tujuan pemasaran. Corporate Public Relations (CPR) memiliki fungsi manajemen
perusahaan dan mendukung tujuan perusahaan. Kaitan antara MPR dan CPR adalah
suatu kemitraan yang saling mempengaruhi. Hal ini tidak akan tercapai bila MPR
dan CPR sama-sama melihat sebagai lawan bukan sekutu.
Sebagai PR yang tidak lepas dari strategi, MPR senantiasa
memperhatikan strategi pemasaran, diikuti pengembangan sarana dan hasil secara
langsung berhubungan dengan pembelian dan penjualan. Namun diatas semua itu, yang paling penting adalah bahwa
strategi marketing selalu ditekankan pada titik pandang PR, yang melengkapi
suatu blueprint (detail plan of action/rencana rinci kegiatan), yang
sesungguhnya bisa diikuti oleh siapapun juga, baik berpengalaman ataupun tidak
sama sekali dalam bidang pemasaran.
Prosedur-prosedur PR dilukiskan guna mencapai tujuan
strategis yang dalam banyak, contoh adalah efektif serta lebih kuat dibanding
pendekatan marketing tradisional yang menyoroti pentingnya peran PR dalam
marketing communication mix. Banyak para manajer tidak menyadari bahwa
periklanan tidak bisa untuk mencapai segalanya, situasi pemasaran tertentu
dapat menetralisir apa yang ingin dicapai melalui periklanan. Sementara situasi
yang sama sebenarnya dapat ditangani secara efektif dan ekonomis melalui PR.
Menurut Kasali, pertanyaan yang sering mengacaukan bagi para
praktisi PR adalah apakah PR sama dengan marketing? Kalangan praktisi pemasaran
dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini memang sering menilai bahwa
kampanye PR merupakan suatu pengembangan baru bagi kampanye pemasaran. Pendapat
ini memang tidak salah 100%, karena Philip Kotler, tokoh sentral pemasaran yang
buku-buku teksnya dipakai secara luas di seluruh dunia, pernah menulis di dalam
Harvard Business Review bahwa PR merupakan bagian dari mega marketing.
Dalam artikel tersebut Kotler menyebutkan bahwa PR merupakan
salah satu unsur dari marketing mix bersama dengan 4P lainnya dengan power.
Tentu saja Kotler menyebut itu, karena melihat adanya pihak-pihak yang kurang
berkenaan terhadap produk-produk Amerika yang diekspor ke mancanegara. Untuk
memasuki pasar itu Kotler berpendapat bahwa ada pihak-pihak lain, selain
“target market” yang perlu dibina agar produk tersebut dapat diekspor dengan
mulus. Gatekeepers disebut sebagai: “legislator, government agencies, political
parties, labor union, public interest group and churches”.
Kotler percaya bahwa PR bersama konsep mega marketing mampu
membuka negara-negara yang tertutup. Kotler mendefinisikan mega marketing
sebagai :”Aplikasi koordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi,
psikologi, politik, dan keterampilan PR untuk memperoleh simpati (kerjasama)
dari pihak-pihak yang terkait agar dapat beroperasi atau masuk ke pasar
tertentu”.
Pendapat ini pernah diperdebatkan oleh para ahli PR, karena
khalayak sasaran kedua konsep ini sangat berbeda yang satu mempunyai sasaran
tembak target market dan yang lain mempunyai sasaran target publik.
Comments
Post a Comment