Salah satu fungsi publisitas yaitu: sebagai kegiatan dalam dunia politik - publisitas politik. Publisitas ini merupakan upaya mempopulerkan diri kandidat atau institusi partai yang akan bertarung dalam pemilu, yang diberitakan atau menginformasikannya melalui media massa. Ada empat bentuk publisitas yang dikenal dalam khazanah komunikasi politik.
Jeremi Bentham - Philosopher |
Pertama, dikenal sebagai pure
publicity yakni mempopulerkan diri melalui aktivitas masyarakat dengan
setting sosial yang natural atau apa adanya. Misalnya saja, bulan Ramadhan dan
Idul Fitri merupakan siklus aktivitas tahunan sehingga menjadi realitas yang
apa adanya. Kandidat atau seseorang, organisasi bisa memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk memasarkan dirinya. Misalnya dengan mengucapkan “Selamat
Menjalani Bulan Ramadhan” atau “Selamat hari Raya Idul Fitri” dengan
embel-embel nama atau foto kandidat. Semakin banyak jenis bentuk pure
publicity yang siarkan di media massa, maka akan semakin populer
sesorang atau organisasi tersebut.
Kedua,
free ride publicity yakni
publisitas dengan cara memanfaatkan akses atau menunggangi pihak lain untuk
turut mempopulerkan diri. Misalnya saja dengan tampil menjadi pembicara di
sebuah forum yang diselenggarakan pihak lain, menjadi sponsor gerakan anti
narkoba, turut berpartisipasi dalam pertandingan olahraga di sebuah daerah
kantung pemilih dan lain-lain.
Ketiga, tie-in publicity yakni dengan
memanfaatkan extra ordinary news (kejadian sangat luar biasa). Misalnya saja
peristiwa tsunami, gempa bumi atau banjir bandang. Kandidat dapat mencitrakan
diri sebagai orang atau partai yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi
sehingga imbasnya memperoleh simpati khalayak. Sebuah peristiwa luar biasa, dengan
sendirinya memikat media untuk meliput. Sehingga partisipasi dalam peristiwa
semacam itu, sangat menguntungkan kandidat.
Keempat, paid publicity sebagai cara
mempopulerkan diri lewat pembelian rubrik atau program di media massa.
Misalnya, pemasangan advertorial, iklan spot, iklan kolom, display atau pun
juga blocking time program di media massa. Secara sederhananya dengan
menyediakan anggaran khusus untuk belanja media.
Roy Halston - Fashion Designer |
Fungsi publisitas tidak lepas dari fungsi komunikasi massa. Sejumlah upaya mencoba mensistimasikan fungsi utama komunikasi massa, yang pada mulanya dimulai oleh Lasswell (1948) yang memberikan ringkasan/kesimpulan mengenai fungsi dasar komunikasi sebagai berikut: pengawasan lingkungan; pertalian (korelasi) bagian-bagian masyarakat dalam memberikan respon terhadap lingkungannya; transmisi warisan budaya.
Fungsi
pengawasan sosial merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang
obyektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar
lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
Fungsi korelasi sosial merujuk pada upaya pemberian
interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu kelompok sosial dengan
kelompok sosial lainnya atau antara satu pandangan dengan pandangan lainnya
dengan tujuan mencapai konsensus.
Fungsi sosialisasi merujuk pada upaya
pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu
kelompok ke kelompok lainnya.
Sasa Sendjaja (2003), memberikan ilustrasi tentang fungsi komunikasi massa dari Lasswell sebagai berikut:
Kita ambil contoh pemberitaan tentang
“konflik” yang sekarang sangat dominan dikemukakan oleh berbagai media
elektronik maupun media cetak. Pemberitaan konflik yang terjadi, menurut fungsi
pengawasan sosial, seharusnya ditujukan agar masyarakat waspada dan mencegah
agar konflik tersebut tidak meluas. Penyajian opini dari elit-elit atau
kelompok-kelompok yang bertikai, menurut fungsi korelasi sosial, seharusnya
dikorelasikan dengan opini-opini dari berbagai kalangan masyarakat lainnya. Ini
berarti, isi pemberitaan jangan hanya menyajikan pandangan dari pihak-pihak
yang bertengkar saja. Pandangan-pandangan dari berbagai kalangan masyarakat
baik yang berasal dari lapisan atas, menengah atau kalangan masyarakat bawah,
perlu disajikan secara eksplisit termasuk dampak konflik terhadap kondisi
kehidupan nyata sehari-hari. Tujuannya mencapai konsensus agar konflik dapat
segera berakhir karena yang akan menjadi korban adalah masyarakat. Sementara
itu, media massa juga seharusnya menjalankan fungsi sosialisasi. Pesan utama
yang perlu disosialisasikan dalam konteks konflik yang terjadi sekarang ini
adalah perlunya menjaga integrasi bangsa. Pesan-pesan lainnya yang relevan
disosialisasikan antara lain adalah toleransi dan apresiasi terhadap perbedaan
pandangan, perlunya menegakkan supremasi hukum, serta anti segala bentuk
tindakan kekerasan.
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay Black dan Frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai:
- to inform (menginformasikan),
- to entertaint (memberi hiburan),
- to persuade (membujuk), dan
- transmission of the culture (transmisi budaya).
John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai :
- providing information,
- providing entertainment,
- helping to persuade, dan
- contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).
Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai berikut: (dalam Nurudin, 2003)
- surveillance (pengawasan),
- interpretation (interpretasi),
- linkage (hubungan),
- socialitation (sosialisasi), dan
- entertainment (hiburan)
Beberapa
definisi “lanjutan” fungsi komunikasi massa tersebut di atas walaupun
secara tersurat berbeda-beda, namun pada hakekatnya mempunyai kesamaan dan
bersifat melengkapi definisi fungsi komunikasi massa dari Lasswell,
seiring dengan perkembangan produk (pesan-pesan) yang dibawakan oleh
media massa itu sendiri.
Comments
Post a Comment