Skip to main content

Brand Equity [Ekuitas Merek]

Online marketing

Menurut Hermawan (2012:57), ekuitas merek atau brand equity adalah seperangkat asset dan kepercayaan merek yang terkait dengan merek tertentu, nama atau simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi perusahaan maupun pelanggan. Ekuitas merek bagi pelanggan memberikan nilai dalam memperkuat pemahaman mereka akan proses informasi, memupuk rasa percaya diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan. Sementara, ekuitas merek bagi perusahaan dapat mempertinggi keberhasilan program pemasaran dalam memikat konsumen baru atau merangkul konsumen lama.

Berikut ini adalah unsur-unsur dari ekuitas merek, yaitu:

1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Menurut Aaker (1991:61), brand awareness adalah kemampuan diri seseorang (potential buyer) untuk mengenali atau mengingat suatu merek yang merupakan bagian dari suatu kategori produk. Brand awareness terdiri dari aset tak berwujud (intangible aset), nama (image) perusahaan, merek, simbol, slogan, persepsi kualitas, kepedulian merek, basis pelanggan, sumberdaya seperti hak paten, hubungan dengan dengan dealer. Aset-aset dari brand awareness ini dapat diciptakan melalui empat nilai ini, yaitu (Hermawan,2012:57):

Sebuah dasar di mana asosiasi lain dapat dikaitkan terhadap merek. 
Brand awareness dapat menyebabkan timbulnya asosiasi sesesorang.

Keakraban atau kesukaan (familiarity/liking). 
Secara umum, konsumen akan lebih menyukai brand yang akrab bagi mereka.

Subtansi atau komitmen. 
Semakin tinggi kesadaran atas suatu merek menunjukan semakin tinggi komitmen dari merek tersebut. Promosi yang dilakukan perusahaan secara terus-menerus akan menyebabkan konsumen mengenali merek tersebut.

Merek yang menjadi bahan pertimbangan. 
Pada proses ini, informasi merupakan sumber dari pemilihan tersebut. Merek yang pertama dibenak konsumen menjadi bahan pertimbangan (brand to consider).

2. Citra Merek (Brand Image/Brand Description)

Citra merek atau brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono,2005:49). Menurut Kotler (2002:225), citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). 

3. Respon Terhadap Merek (Brand Response/ Loyalty)

Brand respon merupakan ukuran kesetiaan seorang pelanggan pada sebuah merek (Hermawan, 2012:58). Berikut tingkatan loyalitas, yaitu:
  • Tingkatan loyalitas yang paling dasar: pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek apapun yang ditawarkan. 
  • Tingkatan kedua: para pembeli merasa puas dengan produk yang digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. 
  • Tingkat ketiga: orang-orang yang puas, namun memikul biaya peralihan (switching cost), baik dalam jangka waktu, uang, atau resiko berhubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. 
  • Tingkat keempat: konsumen benar-benar menyukai merek tersebut. 
  • Tingkat teratas: para pelanggan yang setia. 

4. Hubungan Dengan Merek (Brand Relationship/ Association)

Brand Relationship merupakan sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk.

Keempat ekuitas merek diatas dipercaya mampu mempengaruhi alasan pembelian konsumen serta nilai tambah yang dimiliki suatu merek produk tertentu yang diterima oleh konsumen yang dapat menimbulkan perasaan tertentu bagi pribadi konsumen. Ekuitas merek yang positif dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap konsumen, dan juga sebaliknya, ekuitas merek yang negatif dapat mengurangi loyalitas pelanggan (Dolnicar,dkk. 2005).

Comments

Popular posts from this blog

5 Aspek Penting Personal Selling

Terdapat 5 aspek penting dalam personal selling : 1. Professionalism (Profesionalisme) 2. Negotiation (Negosiasi) 3. Relationship Marketing (Pemasaran Hubungan) 4. Selling Person Pole (Peran penjual pribadi) 5. Managerial 1) PROFFESINALISM Professionalisme seorang   salesperson  dalam bekerja sangatlah diperlukan. Apalagi di era globalisasi dan persaingan seperti sekarang sangat menuntut para  salesperson  untuk bekerja se-efektif mungkin dalam seni menjual. Salesperson   yang baik bukan hanya mereka yang secara pasif hanya menerima pesanan, namun mereka juga diharuskan menjadi pencari pesanan yang aktif. Maksud dari penerima pesanan pasif berasumsi bahwa konsumen adalah mereka yang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan membenci upaya persuasi yang dilakukan salesperson . Sekarang, banyak perusahaan menginvestasikan dananya secara besar-besaran untuk pembiayaan pelatihan salesperson- nya. Mereka diberi berbagai macam training untuk meningkatkan kemampuan mereka

Apa Tugas Personal Selling [Sales Person] ?

Sumber: noobpreneur.com Salesperson  yang efektif lebih dari sekedar memiliki naluri dalam penjualan, namun mereka dapat dilatih sehingga memiliki kemampuan dalam metode-metode analisis dan manajemen pelanggan. S alesperson  fokus pada komunikasi interpersonal, memahami kebutuhan dan karakteristik konsumen, membentuk dan menjaga hubungan dengan konsumen, dan unit analisisnya ada pada tim penjualan. Berikut adalah tugas-tugas personal selling -   salesperson , yaitu: 1. Mencari calon pembeli ( prospekting ) Personal selling setuju untuk mencari pelanngan bisnis baru yang kemudian dijadikan sebagai pelanggan bisnis potensial bagi perusahaannnya. 2. Komunikasi ( communicating ) Personal selling memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan bisnis tentang produk yang jelas dan tepat. 3. Penjualan ( selling ) Personal selling harus tahu seni menjual, mendekati pelanggan bisnis sasaran, mempresentasikan produk, menjawab keberatan-keberatan, menutup penjualan.

Sifat-Sifat Personal Selling

Personal selling merupakan salah satu alat promosi yang paling efektif terutama dalam bentuk preferensi, keyakinan dan tindakan pembeli. Menurut Philip Kotler (1997 :224) dalam bukunya manajemen pemasaran , personal selling bila di bandingkan dengan periklanan memiliki tiga sifat khusus, yaitu : 1.Konfrontasi Personal ( Personal Confrontation ) Personal selling mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing masing pihak dapat melihat kebutuhan dan karakteristik pihak lain secara lebih dekat dan segera melakukan penyesuaian. 2. Pengembangan (C ultivation ) Personal selling memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai dengan hubungan persahabatan. 3. Tanggapan ( Response ) Personal selling membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengar, memperhatikan dan menanggapi wiraniaga.