Pertanyaan pertama yang ada pada benak kita sebagai marketeer adalah "Apa yang menjadi ukuran keberhasilan suatu organisasi dari segi pemasaran?". Ada berbagai jawabannya, yaitu:
- Profitabilitas
- Kepuasan konsumen
Pada konsep marketing 3.0, membuat perbedaan dari ukuran keberhasilan merupakan hal yang lebih baik dibandingkan berpikir itu-itu saja.
Model Marketing 3.0 |
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah bentuk kesadaran perusahaan untuk menjaga keseimbangan antara ekonomi, lingkungan hidup, dan lingkungan sosial, ketiga aspek ini disebut juga dengan "triple bottom line approach". Salah satu perusahaan global, yaitu Coca-Cola memandang serius hal ini dan mendirikan yayasan. Mari kita bicara tentang Coca-Cola Foundation.
Robert Goizueta (CEO Coca-Cola) pada tahun 1984 mendirikan Coca-Cola Foundation. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan membangun lingkungan sekitarnya. Secara konsisten, mereka mengalokasikan minimal 1% dari operating income perusahaan untuk berbagai program CSR. Hingga saat ini, mereka telah memberikan lebih dari 650 juta dolar demi kemajuan lingkungan sekitarnya.
Perencanaan jangka panjang, tiga aspek Coca-Cola dalam membangun nilai sosial, yaitu:
- Me, bertujuan dari bagaimana Coca-Cola berupaya meningkatkan kesejahteraan perusahaan dengan menawarkan berbagai produk yang disukai masyarakat, tentunya diimbangi dengan praktik pemasaran yang bertanggung jawab.
- We, yang intinya bersama-sama membangun komunitas yang kuat. Caranya dengan memberdayakan lebih dari 5 juta pengusaha wanita pada value chain perusahaan pada 2020. Selain itu, dengan menciptakan tempat bekerja yang layak dan sesuai dengan standar yang berlaku.
- World, tentunya dengan upaya Coca-cola untuk melindungi lingkungan. Caranya dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air dan memaksimalkan daur ulang air. Cara lainnya dengan membuat kemasaran yang ramah lingkungan, sehingga mengurangi polusi seluruh proses di sepanjang value chain perusahaan.
Sejak beberapa tahun yang lalu, Coca-Cola telah menentukan beberapa program prioritas yang terbagi menjadi tiga area (3W), yaitu: women, water, dan well-being.
Women
Women telah ditetapkan menjadi perioritas pertama Coca-Cola Foundation sejak beberapa tahun terakhir. Terlebih karena women adalah salah satu faktor kuat untuk mendorong kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Mereka menyusun program memberdayaan dan memancing jiwa kewirausahaan wanita.
Water
Selain perbaikan konsisten pada sisi operasional, mereka berupaya untuk melestarikan ekosistem lingkungan melalui pemanfaatan air. Maka dirancanglah program untuk meningkatkan akses air bersih, konservasi air, dan mendaur ulang air.
Well-being
Caranya dengan mempromosikan cara hidup yang sehat dan aktif, membangun sistem pendidikan, dan pengembangan kaum muda. Harpannya, Coca-Cola dapat turut membangun masa depan dunia.
PERPUSERU
Pada Agustus 2000, PT Coca-Cola Indonesia dan PT Coca-Cola Bottling Indonesia bersama-sama mendirikan CCFI - Coca-Cola Foundation Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Tujuan untamanya adalah mendukung upaya untuk menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan wawasan dan lebih produktif.
Bidang pendidikan menjadi fokus utama CCFI, berikut adalah program-program CCFI, yaitu:
- Beasiswa
- Kompetisi menulis
- Perbaikan akses air pada berbagai lembaga pendidikan
Program yang paling menonjol dari CCFI, yaitu PERPUSERU
Pada Oktober 2011, CCFI bekerja sama dengan Bill and Melinda Gates Foundation membuat program untuk memajukan perpustakaan di Indonesia. Tujuannya untuk mengembangkan perpustakaan agar menjadi pusat pembelajaran masyarakat berbasis teknologi informasi. Target utamanya adalah wanita, anak muda, dan pengusaha mikro.
Selama program ini, terdapat 5 paket pelatihan dan pendampingan yang diberikan kepada staf perpustakaan, diantaranya:
- Strategi perencanaan kerja
- Teknologi informasi dan komunikasi
- Layanan prima dan promosi
- Advokasi dan pelibatan masyarakat
- monitoring dan evaluasi
Target program ini adalah perpustakaan umum tingkat kabupaten diseluruh Indonesia yang didukung Pemda melalui APBD untuk operasionalisasi.
Pada November 2012 - Januari 2013, Perpuseru mengadakan pelatihan bagi 34 perusahaan umum setingkay kabupaten dan beberapa taman bacaan. Tujuan dari program ini adalah mendorong staf dan pegawai melakukan pembaharuan bagi perpustakaannya, terutama dalam melaukan promosi yang efektif dan layanan prima.
Konsep yang digunakan dalam pelatihan ini, yaitu:
- Perubahan pola pikir
- Pengenalan terhadap konsep komunitas
- Perumusan promosi bagi komunitas
- Pengenalan terhadap pelayanan prima
Program ini dirancang dengan menggunakan beberapa metodologi, seperti:
- Presentasi
- Diskusi interaktif, seperti: permainan, workshop, dan bekerja kelompok
Model pelatihan, yang disebut dengan PerpuSuar - Perpustakaan dan Mercusuar terdiri dari:
- Pola pikir
- Kemampuan staf perpustakan dalam merumuskan strategi pemasaran yang efektif dan kreatif
- Bagimana staf perpustakaan menerapkan apa yang telah dipelajari
Tahapan persiapan program:
- Perencanaan program pelatihan
- Pelatihan dilakukan selama 3 hari yang terbagi menjadi 12 sesi
- Metode pelatihan: presentasi interaktif, diskusi kelas, diskusi kelompok, latihan kelompok, dan presentasi kelompok
- Pengembangan modul pelatihan dilakukan secara quality control berkala
Fasilitator atau mentor dibekali dengan toolkit. Toolkit terdiri dari:
- Lembar evaluasi peserta : menilai partisipasi peserta selama menjalankan pelatihan dikelas
- Lembar evaluasi program: menilai manfaat program bagi peserta
- Panduan materi: rincian materi beserta dengan durasi pelaksanaan
Tujuannya adalah agar materi dapat disampaikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Setelah tahap pelatihan, program dilanjutkan dengan masa pendampingan. Masing-masing perpustakan dikunjungi selama 2 kali dalam kurun waktu dua bulan. Pada pendampingan pertama, fasilitator akan fokus pada aplikasi yang dilakukan masing-masing perpustakaan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Pada pendampingan kedua difokuskan pada penilainan pencapaian pada aplikasi yang dilakukan perpustakaan, agar penilaian bersifat objektif, dilakukan rotasifasilitator pada masa pendampingan.
Sumber:
Kartajaya, Hardi, dan Markplus-ers. 2015. The Best 25 Indonesia Cases We Are Proud of. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Sumber:
Kartajaya, Hardi, dan Markplus-ers. 2015. The Best 25 Indonesia Cases We Are Proud of. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Comments
Post a Comment