Skip to main content

Sejarah Starbucks


Starbucks Coffee merupakan perusahaan retail kopi terkemuka di dunia. Bisnis ini dimulai sejak tahun 1971, di mana saat itu ada tiga orang akademis yaitu Jerry Baldwin seorang guru bahasa Inggris, Zev Siegel seorang guru sejarah, dan Gordon Bowker.  Mereka membuka suatu toko, yang dinamai Starbucks Coffee, Tea and Spice di Pikes Place Market, Seattle. 

Tiga partner ini berbagi kecintaan akan kopi terbaik, dan teh yang eksotik. Masing-masing orang menginvestasikan dananya sebesar $1,350 dan meminjam kepada bank sebesar $5000 untuk membuka tokonya di Pikes Place Market, Seattle.




Logo dari perusahaan pertama kali di desain oleh seorang seniman, di mana bergambar seorang putri duyung berbuntut dua dan dikelilingi dengan lingkaran bertuliskan nama perusahaan pada tahun 1971, kemudian logo ini berubah lagi pada tahun 1987, dan pada tahun 1992, Starbucks berganti logo ketika telah menjadi sebuah perusahaan. Pada tahun 2011, logonya berganti lagi dengan menghilangkan tulisan Starbucks Coffee.

Perusahaan Starbucks terinspirasikan dari imigran asal Belanda, yang bernama Alfred Peet, seorang pengusaha kopi arabika terbaik yang mengimpor ke Amerika Serikat di tahun 1950-an. Pada tahun 1966, Peet telah membuka toko kecil bernama Peet’s Coffee and Tea di Berkeley, California. 

Peet’s Coffee and Tea di Berkeley tidak hanya spesialis dalam mengimpor kopi terbaiknya, tetapi juga mengajarkan pelanggannya bagaimana untuk menggiling kopi agar menghasilkan Brew Coffee yang segar di rumah. Baldwin, Siegel, dan Bowker berkunjung ke toko Peet, dan setelah menghabiskan berjam-jam dengan mendengarkan penjelasan mengenai kopi dari Peet, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk menjadikan Peet, sebagai pemasok kopi Starbucks Coffee.



Alfred Peet

Pada tahun 1981, Howard Schultz seorang wakil direktur dan general manager dari Harmapalast (pembuat peralatan dapur dan peralatan rumah tangga), menyadari bahwa Starbucks sering sekali memesan drip coffee maker dalam jumlah yang besar, karena keingintahuannya untuk belajar, ia berkunjung ke Starbucks di Pikes Place, Seattle.

Diawal kedatangannya, Schultz sangat merasakan kekuatan aroma dari kopi, ia lalu bertanya kepada seorang karyawan di sana mengenai kopi, dan karyawan tersebut memberikan secangkir kopi Sumatra, di mana biji kopinya digiling dan ditempatkan pada filter sebagai saringan untuk menghilangkan ampas kopi, dan air mengalir langsung ke filter yang berisi bubuk kopi Sumatra tersebut. Setelah mencicipi dari aroma dan rasa dari kopi tersebut, Schultz sangat terkejut akan kelezatan dari fresh brew coffee yang baru dirasakannya. Akhirnya Schultz mulai bertanya mengenai perusahaan, jenis kopi yang digunakan, dan proses pemanggangan kopi.

Akhirnya Schultz menemui Jerry Baldwin, dan Gordon Bowker, dan mulai membicarakan tentang Starbucks. Hasil dari pertemuan tersebut memberi penjelasan yang jelas bagi Schultz bahwa Starbucks tidak hanya memberikan kopi terbaik, tetapi juga berusaha memberikan ilmu pengetahuan kepada pelanggannya untuk menghargai kualitas dari kopi terbaik.


Sepulangnya ke New York, Schultz terus memikirkan bagaimana caranya untuk menjadi bagian dari Starbucks. Schultz terus berusaha meyakinkan Baldwin dan Bowker, agar Schultz dapat bergabung di Starbucks. Setelah setahun akhirnya Schultz bergabung dalam Starbucks Coffee.


Howard Schultz - CEO Starbucks Coffee

Setelah beberapa tahun diumur Schultz yang ke 33 tahun. Schultz berubah pikiran untuk meninggalkan Starbucks dan memulai perusahaannya yang baru. Ia berencana untuk membuka espresso bar. Di akhir tahun 1985 Schultz memutuskan untuk keluar dari Starbucks.

Ironisnya, di saat Schultz telah dalam tahap akhir untuk mendirikan perusahaannya. Jerry Baldwin mengumumkan bahwa ia akan investasi sebesar $150.000 dari Starbucks di dalam Schultz coffee-bar enterprise. Hal ini menjadikan Jerry Baldwin adalah investor pertamanya bagi Schultz, karena itu Baldwin direkrut Schultz untuk menjadi seorang direktur di perusahaannya, dan Gordon Bowker setuju untuk menjadi part time consultant selama enam bulan. Bowker, menyarankan perusahaan baru ini untuk dinamakan Il Giornale Coffee Company. Saran tersebut diterima dan pada Desember 1985, Bowker dan Schultz berkunjung ke Italy untuk mengunjungi 500 espresso bar di Milan dan Verona untuk melakukan observasi.


lI Giornale Coffee Company

Toko Il Giornale pertama dibuka pada April 1986, dan enam bulan kemudian membuka tokonya yang kedua di sebuah gedung perkantoran. Toko yang ke tiga di buka di Vancouver, British Colombia, di bulan April 1987.

Di Bulan Maret 1987, Jerry Baldwin dan Gordon Bowker memutuskan untuk menjual keseluruhan operasional Starbucks di Seattle. Hal ini dikarenakan Bowker ingin menguangkan investasinya di Starbucks untuk berkonsentrasi di bisnis lainnya. Sedangkan Baldwin pada akhirnya memutuskan untuk hanya mengelola operasional Peet’s. Pada akhirnya Schultz menyadari bahwa ia harus membeli Starbucks. Pada Agustus 1987 ia mengakuisisi Starbucks dan Il Giornale, dan mengkombinasikan kedua nama perusahaan tersebut menjadi “Starbucks Corporation”.

Sejak tahun 1987, Starbucks telah berkembang dari 11 toko di Seattle, Washington, sampai lebih dari 6500 store di seluruh dunia, dengan menciptakan reputasi internasional untuk standar mutu. Sekarang Starbucks mempunyai retail store di hampir setiap daerah di Amerika Serikat, Kanada dan toko-toko baru di Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin dan tepi Pasifik.

Pada tahun 1991, Starbucks Coffee Company mengumumkan komitmennya untuk mendirikan hubungan jangka panjang dengan international aid and relief organization- CARE (sebuah organisasi internasional untuk memberi bantuan dan pertolongan yang diberi nama CARE), dan memperkenalkan CARE coffee sample.

Dalam musim semi tahun 1994, Starbucks mengakuisisi The Coffee Connection, Inc., yang menjalankan retail coffee stores dan mempunyai suatu pabrik roasting (penyangraian) di Boston, Massachussets. Juga pada tahun 1994, Starbucks New Venture Company, sebuah anak perusahaan yang seluruhnya dimiliki oleh perusahaan Starbucks Coffee, mengadakan suatu joint venture (usaha patungan) dengan Pepsi-Cola untuk mengembangkan minuman berbasis kopi yang siap untuk diminum, yakni deretan minuman frappucino secara revolusioner.

Pada tahun 1996 Starbucks Coffee International membuka Pacific Rim Store (toko tepi pasifik) yang pertama di Tokyo, Jepang. Pada tahun 2003 Starbucks mempunyai lebih dari 30 pasar internasional dan tetap berkembang dengan cepat khususnya di tepi Pasifik dan Eropa. Di Indonesia, PT. Sari Coffee Indonesia merupakan pemegang lisensi Starbucks Coffee Internasional, yang membuka toko pertama Starbucks di Indonesia pada tanggal 17 Mei 2002, berlokasi di Plaza Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

5 Aspek Penting Personal Selling

Terdapat 5 aspek penting dalam personal selling : 1. Professionalism (Profesionalisme) 2. Negotiation (Negosiasi) 3. Relationship Marketing (Pemasaran Hubungan) 4. Selling Person Pole (Peran penjual pribadi) 5. Managerial 1) PROFFESINALISM Professionalisme seorang   salesperson  dalam bekerja sangatlah diperlukan. Apalagi di era globalisasi dan persaingan seperti sekarang sangat menuntut para  salesperson  untuk bekerja se-efektif mungkin dalam seni menjual. Salesperson   yang baik bukan hanya mereka yang secara pasif hanya menerima pesanan, namun mereka juga diharuskan menjadi pencari pesanan yang aktif. Maksud dari penerima pesanan pasif berasumsi bahwa konsumen adalah mereka yang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan membenci upaya persuasi yang dilakukan salesperson . Sekarang, banyak perusahaan menginvestasikan dananya secara besar-besaran untuk pembiayaan pelatihan salesperson- nya. Mereka diberi berbagai macam training untuk meningkatkan kemampuan mereka

Apa Tugas Personal Selling [Sales Person] ?

Sumber: noobpreneur.com Salesperson  yang efektif lebih dari sekedar memiliki naluri dalam penjualan, namun mereka dapat dilatih sehingga memiliki kemampuan dalam metode-metode analisis dan manajemen pelanggan. S alesperson  fokus pada komunikasi interpersonal, memahami kebutuhan dan karakteristik konsumen, membentuk dan menjaga hubungan dengan konsumen, dan unit analisisnya ada pada tim penjualan. Berikut adalah tugas-tugas personal selling -   salesperson , yaitu: 1. Mencari calon pembeli ( prospekting ) Personal selling setuju untuk mencari pelanngan bisnis baru yang kemudian dijadikan sebagai pelanggan bisnis potensial bagi perusahaannnya. 2. Komunikasi ( communicating ) Personal selling memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan bisnis tentang produk yang jelas dan tepat. 3. Penjualan ( selling ) Personal selling harus tahu seni menjual, mendekati pelanggan bisnis sasaran, mempresentasikan produk, menjawab keberatan-keberatan, menutup penjualan.

Sifat-Sifat Personal Selling

Personal selling merupakan salah satu alat promosi yang paling efektif terutama dalam bentuk preferensi, keyakinan dan tindakan pembeli. Menurut Philip Kotler (1997 :224) dalam bukunya manajemen pemasaran , personal selling bila di bandingkan dengan periklanan memiliki tiga sifat khusus, yaitu : 1.Konfrontasi Personal ( Personal Confrontation ) Personal selling mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing masing pihak dapat melihat kebutuhan dan karakteristik pihak lain secara lebih dekat dan segera melakukan penyesuaian. 2. Pengembangan (C ultivation ) Personal selling memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai dengan hubungan persahabatan. 3. Tanggapan ( Response ) Personal selling membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengar, memperhatikan dan menanggapi wiraniaga.